Skip to main content

Menerima Demam Rematik

Sebenarnya ketika kita sakit, bukan hanya fisik yang perlu kita jaga tapi psikologis pun perlu. Bahkan mental ini jauh lebih penting daripada obat..
Mungkin ada benarnya ketika orang bilang saya sensitif.. Tapi saya rasa semua orang yang pernah sakit dalam jangka waktu yang cukup lama pernah mengalami hal ini. Sering sekali mood saya naik turun dikarenakan sakit. Saya tahu banyak di luar sana yang jauh lebih banyak mengalami penderitaan dari saya. Ketika saya berjuang dengan demam rematik, mungkin ada readers yang berjuang dengan kanker, ginjal, ataupun penyakit berat lainnya. Pada bulan-bulan pertama divonis demam rematik, badan terasa pegal-pegal hampir setiap hari. Tentu ini mempengaruhi mood sehingga emosi sering sekali terganggu. Kesal bercampur dengan marah pada diri sendiri.

demam rematik
Sampai suatu hari, ada satu bacaan blog yang cukup mengelitik.. Saya membaca blog seseorang yang divonis terkena penyakit autoimun (kalau tidak salah). Dia sering pingsan dan terlihat gejalanya cukup parah. Tak berhenti membaca sampai situ, saya pun membaca satu per satu kolom komentar pada blog tersebut. Kemudian seseorang berkomentar dirinya juga divonis penyakit tersebut. Uniknya, dari bahasanya, ia terkesan santai.. Bahkan dia mengatakan, ketika kita sakit, hal yang paling penting adalah dengan ‘menerimanya’.

Entah kenapa kata-kata ini kemudian terniang-niang di kepala saya. Kemudian saya memeluk diri saya sendiri dan mengatakan ‘maaf’. Maaf karena selama ini saya marah dan kesal terhadap diri saya sendiri. Kemudian, saya pun menangis sejadi-jadinya..
Ketika semua obat ‘terbaik’ atau ‘termahal’ sudah kita konsumsi tapi hasilnya nihil, saya pun belajar satu hal. Yaitu.. Menerima.. 
Sekarang saya pun masih belajar menerima penyakit demam rematik ini. Saya tahu perjuangan ini masih panjang. Menjaga pikiran yang positif memang menjadi peer utama saya saat ini. Jadi dari penyakit ini, saya belajar banyak hal, terutama tentang memahami diri saya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Demam dan Vitamin D

Setelah berobat jalan dengan dokter internis selama lebih dari 1,5 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan dokter lain. Keputusan ini tentu tidak datang tiba-tiba, melihat kondisi saya yang masih sering demam ( at least sebulan sekali), orang tua saya membawa saya ke dokter imun. Alasan lainnya karena saya mudah terkena sakit, mulai dari pilek, batuk, sampai demam. Saya meyakini bahwa daya tahan tubuh atau imun saya tidak lah bagus. Selama ini ketika ada orang yang bersin, saya akan menjadi nervous .. Agak lebay sih, hahaha.. But , seriously penyakit menular seperti ini sering saya alami jika orang disekeliling saya sakit. Berdasarkan rekomendasi dari kolega koko saya, kami pergi ke rumah sakit daerah Pulo Gadung. Dokter internist (penyakit dalam) plus imun ini konon katanya bagus dan teliti. Jangan harap datang tanpa membuat janji karena mungkin Anda bisa dapat nomor antrian hingga 60-an. Hah? Ya, bahkan saya membuat janji 3 minggu sebelum kedatangan karena sudah fully

Making Birthday Cake for My Mom

Pernah ga sih kalian bikin something yang spesial di hari ulang tahun orang tua kalian, readers?  Kalau beli kue itu uda biasa..  Sebagai reward kepada mama yang telah membesarkan dan menyayangi kami (lebay dikit),  saya dan cc tertantang untuk membuat kue sendiri. Penasaran? So, this is it.. "Kue Ulang Tahun Ala Ve dan Momon"... Sebagai pengalaman pertama kami, jujur ini bukan yang terbaik. hehe.. Not bad-lah.. Masih bisa dimakan kok :p Terkstur kuenya padat. Pelajaran penting yang bisa saya ambil dari pembuatan kue ini adalah  don't use pewarna to much.  Kami menggunakan 2 pewarna makanan, yaitu merah dan hijau. Karena pewarna merahnya kami gunakan dalam porsi yang cukup banyak, alhasil bau pewarnanya sangat menyengat. But, saya yakin mama tau maksud tulus kami. hehe.. Sekali lagi saya ucapkan : "Happy B'Day Mom!" The best mom in the world! Love you.. :)

Turun Berat Badan Akibat Demam Rematik

Selama 5 bulan mencari penyebab demam saya, akhirnya semua terjawab sudah.. Banyak perubahan yang terjadi pada diri saya akibat demam rematik , baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari mood yang sering naik turun, sampai berat badan yang jauh turun. Ya.. berat badan saya sempat mengalami penurunan sebanyak 20 kilogram (dari 63 kg menjadi 43 kg) dalam beberapa bulan. Saat berat badan 43 kg, tentu ini menjadi nightmare tersendiri. Saya mudah cape.. Bahkan untuk keramas saya gemetar dan pelan-pelan sambil menghela napas. Mungkin ini karena penurunan berat badan mendadak, sehingga tubuh pun kaget. Sontak ini yang membuat semua orang khawatir.. Orang sekitar saya bahkan berpikir saya stress dengan pekerjaan baru saya. Semua akan tercengang saat sudah lama tak jumpa. Kata-kata yang sering terdengar adalah : “Kok lu sekarang kurus banget? Diet ?” Permasalahan berat badan ini cukup jadi peer tersendiri untuk saya karena mulai dari baju, celana, bahkan pakaian dalam harus saya